Sebut saja Denmark di Denmark, kita akan mengalami puasa seitar 18 jam. Atau di Alaska yang lebih dari 14 jam. Di Alaska, kadang-kadang mereka harus melakukan shalat tarwih saat sinar matahari masih terang benderang karena jarak antara matahari terbit dan terbenam sangat panjang pada musim panas.
Di Mesir, puasa dimulai dari pukul 4:05 hingga pukul 7:30 malam (tapi dewan fatwa Mesir memutuskan untuk mengurangi putaran jam sebanyak satu jam, hingga jadilah magribnya jam 6:30). Total waktu puasa di Mesir adalah 15 jam. Sementara di Turki, waktu magrib baru masuk pada pukul 8:30. Lebih ke utara, waktu puasa akan lebih lama lagi. Di Jerman, waktu puasa mencapai 17 jam, di Rusia mencapai 18 jam, bahkan di negara bagian Mormansik mencapai 20 jam.
Beberapa Muslim Rusia pun banyak yang melayangkan pertanyaan perihal hukum lamanya masa puasa dalam waktu yang sedemikian panjang. Dewan fatwa Rusia sendiri tidak mengeluarkan fatwa resmi terkait hukum tersebut. Syaikh Ildar Aladinov, ketua dewan syariat pada Majlis Mufti Rusia mengatakan, dewan fatwa Rusia tidak mengeluarkan fatwa resmi terkait permasalan ini.
"Namun bagaimanapun, umat Muslim wajib menunaikan kewajiban mereka sebatas kemampuan. Agama Islam adalah agama mudah. Jika memang ia tidak kuat berpuasa dalam waktu sepanjang ini, maka tentulan ia boleh berbuka," kata Aladinov. Di Indonesia sendiri, puasa kita mulai dari sekitar pukul 04.10 yakni saat imsak tiba. Dan berakhir sekitar pukul 05.35 WIB. Jadi kita masih sangat beruntung hidup di Negara yang jumlah siang dan malamnya relative sama. Dengan begitu kita masih bisa mengatur jadwal kegiatan kita secara teratur. Selain itu kita tidak perlu menunggu terlalu lama untuk menantikan saatnya berbuka puasa